Appeal to Ridicule: Jurus Mencemooh Dalam Konsep Bumi Datar

Appeal to ridicule adalah sesat pikir (fallacy) yang dilakukan dengan cara memperlakukan pendapat pihak lain seakan konyol, lucu atau bodoh, dan dengan demikian tidak layak untuk dipertimbangkan. Lawan bicara dan pendapatnya diperlakukan sebagai objek lelucon.

Bumi datar tak memiliki landasan ilmiah, sehingga kaum Bumi datar sering menggunakan appeal to ridicule. Sebaliknya, argumentasi ilmiah yang sesungguhnya dilakukan tanpa mengolok-olok argumentasi pihak lain.

Appeal to ridicule dilakukan kaum Bumi datar dengan tujuan:

  1. Mengesampingkan argumentasi sains, terutama yang tak mampu dijelaskan dalam konsep Bumi datar. Contoh paling sederhana adalah dengan menggunakan reaksi tertawa.
  2. Menyulut emosi lawan bicara. Dalam debat, korban-korban Bumi datar gemar mengolok-olok lawan bicara & pendapatnya dengan tujuan untuk menyulut emosi. Jika lawan bicara terpancing dan juga membalas dengan appeal to ridicule, maka akan terjadi debat kusir. Debat kusir adalah satu-satunya cara mereka dapat merasa “menang” dalam diskusi. Karena tanpa dasar ilmiah, hanya itu yang mampu mereka lakukan.
  3. Sebagai bagian dalam proses indoktrinasi kepada pemirsanya. Sebagian besar materi “kurikulum” Bumi datar adalah meme yang memperlakukan fakta sains seakan-akan konyol atau bodoh. Pemirsa yang tersulut emosinya akan terpengaruh, dan terjerumus menjadi korban Bumi datar.
  4. Untuk mengatasi ketidaknyamanan akibat fakta yang tidak sesuai dengan keyakinan bahwa Bumi itu datar, atau cognitive dissonance. Salah satu respon mereka terhadap cognitive dissonance adalah dengan mengumbar emosi, seperti melakukan appeal to ridicule.

Saat berinteraksi dengan korban-korban Bumi datar, tantangan terbesar adalah untuk tetap tenang dan tidak meladeni jurus appeal to ridicule yang mereka lakukan. Yang diharapkan oleh korban-korban Bumi datar justru adalah jika kita membalas kembali dengan jurus appeal to ridicule. Hanya dengan menggeser diskusi menjadi sebuah debat kusir, korban-korban Bumi datar bisa merasa seakan-akan menjadi “pemenang” diskusi.

Argumentasi ilmiah yang sesungguhnya dilakukan sama sekali tanpa jurus appeal to ridicule.

Referensi