Ibadah Islam dan Bumi Bulat

Beberapa ibadah Islam tergantung pada pengamatan peristiwa astronomi. Saat ini, beberapa pengamatan digantikan perhitungan menggunakan pengetahuan Bumi bulat; yang memberi hasil sama dengan pengamatan langsung, pada banyak lokasi, selama berabad-abad. Hal ini menegaskan bahwa Bumi berbentuk bulat.

Ada Muslim yang percaya Bumi datar, lalu mencoba mengintegrasikan Bumi datar ke dalam agamanya. Hal ini menyebabkan fenomena unik mereka beribadah sesuai hitungan Bumi Bulat, tapi tak mampu menerima fakta itu. Sering pula terjadi cognitive dissonance spektakuler saat mereka diberi tahu fakta tersebut.

Pengetahuan Bumi bulat diaplikasikan kepada empat kasus dalam Ibadah islam berikut ini:

  • Menentukan arah Kiblat
  • Menentukan awal bulan Hijriah, termasuk awal mulai puasa Ramadan, dan tanggal Idul Fitri / Idul Adha.
  • Menentukan waktu shalat.
  • Menentukan kejadian gerhana untuk keperluan penjadwalan shalat gerhana.

Secara tradisional, umat Islam menggunakan pengamatan astronomis langsung untuk mengetahui hal-hal tersebut. Saat ini, Muslim menggunakan perhitungan yang tergantung pada pemahaman Bumi itu bulat. Hal ini lebih praktis, dan memberikan hasil yang sama dengan pengamatan langsung.

Situs web, app, tabel, dll, memberikan hasilnya tanpa mengharuskan umat untuk memahami proses perhitungannya. Hal ini yang menyebabkan beberapa Muslim bisa sampai percaya Bumi itu datar; walaupun setiap hari dalam hidupnya melakukan ibadah berdasarkan hasil perhitungan Bumi bulat.

Seperti korban Bumi datar lainnya, yang Muslim juga mengalami kesulitan luar biasa untuk menerima fakta tersebut setelah diberi tahu. Namun kreativitas apapun yang mereka lakukan untuk “menafsirkan” dalil agama tak mengubah kenyataan Bumi itu bulat. Dan hal tersebut berbicara lebih nyaring daripada klaim-klaim mereka.

Referensi