Distorsi Pada Peta Azimuthal Equidistant

Featured Video Play Icon

Peta azimuthal equidistant adalah sebuah proyeksi dari bentuk Bumi yang bulat. Akibatnya, peta ini memiliki distorsi dalam hal jarak, bentuk, arah dan luas. Seperti peta azimuthal equidistant, semua jenis peta memiliki distorsi , dengan sifat distorsi yang berbeda-beda untuk proyeksi peta yang berbeda-beda.

Untuk menjelaskan sifat distorsi pada peta azimuthal equidistant, pada peta di ilustrasi, delapan titik kuning memiliki jarak 5000 km dari titik merah, dan mengarah ke seluruh arah mata angin, dan arah-arah di antaranya. Dapat kita lihat bahwa jarak, bentuk, arah dan luas pada Bumi bulat yang sebenarnya belum tentu ditampilkan dengan sempurna pada peta azimuthal equidistant akibat adanya distorsi.

Lanjutkan membaca “Distorsi Pada Peta Azimuthal Equidistant”

Lalu Lintas Terkini di Google Maps dan Kemacetan Palsu oleh Simon Weckert

Fitur lalu lintas terkini di Google Maps bekerja melalui crowdsourcing. Lalu lintas jalan raya diketahui dengan cara merangkum informasi yang dikirim oleh ponsel dari banyak pengguna.

Pada bulan Februari 2020, seniman Simon Weckert berhasil mengelabui sistem Google Maps untuk memalsukan kemacetan. Dia melakukannya dengan menarik sekeranjang ponsel aktif dan berjalan di tengah jalan. Sistem Google Maps mengira ada banyak mobil yang bergerak lambat di jalan tersebut dan membuat kesimpulan salah bahwa di jalan tersebut sedang terjadi kemacetan. Hasilnya, selama Simon melakukan operasi tersebut, jalan yang kosong terlihat merah pekat di Google Maps, seakan-akan ada kemacetan di jalan tersebut.

Kaum Bumi datar mengklaim hal tersebut membuktikan satelit tidak ada; kemungkinan akibat sebelumnya mereka tidak paham cara kerjanya dan mengira kemacetan diketahui langsung melalui foto satelit. Faktanya, sistem navigasi satelit, seperti GPS, juga terlibat di sistem crowdsourcing ini.

Lanjutkan membaca “Lalu Lintas Terkini di Google Maps dan Kemacetan Palsu oleh Simon Weckert”

Peta Udara Tahun 1943/1945 (“Air Map of the World”)

Kaum Bumi datar menemukan sebuah peta penerbangan pada tahun 1943 dengan judul “Air Map of the World.” Karena bentuknya sama dengan “peta Bumi datar” yang fiktif, mereka lalu keliru menyimpulkannya sebagai “peta Bumi datar.” Faktanya, peta tersebut adalah peta dengan proyeksi Azimuthal Equidistant yang memiliki distorsi, hanya representasi bentuk Bumi bulat pada bidang datar, dan tidak menggambarkan bentuk Bumi yang sesungguhnya.

Fakta tersebut sebenarnya telah dijelaskan dengan sangat panjang lebar pada peta itu sendiri pada keterangan-keterangan yang diletakkan di setiap pojok peta. Sayangnya, peta tersebut beredar di kalangan komunitas korban-korban Bumi datar dengan resolusi yang rendah, sehingga penjelasan yang seharusnya dapat meluruskan hoax tersebut menjadi tidak dapat terbaca.

Lanjutkan membaca “Peta Udara Tahun 1943/1945 (“Air Map of the World”)”

Cara Kerja GPS dan Sistem Navigasi Satelit Lainnya

Sistem navigasi satelit (satnav) menggunakan satelit untuk memberikan layanan penentuan posisi di Bumi. Beberapa satelit terus menerus mengirim sinyal yang berisi lokasi dirinya dan waktu saat sinyal dikirim. Perangkat penerima kemudian menerima sinyal-sinyal dari beberapa satelit dan menggunakannya untuk melakukan perhitungan untuk menentukan posisi dirinya sendiri.

Kaum Bumi datar berasumsi jika satelit GPS dimanfaatkan untuk menentukan posisi, maka sistem GPS seharusnya dapat mengetahui posisi dari penerima. Mereka salah. Satelit GPS hanya mengirim sinyal, tetapi tidak menerima sinyal dari perangkat penerima. Satelit GPS sendiri tidak menerima sinyal dari perangkat penerima dan tidak mengetahui posisi dari penerima.

Lanjutkan membaca “Cara Kerja GPS dan Sistem Navigasi Satelit Lainnya”

Al-Biruni Bukan Penganut Bumi Datar

Al-Biruni adalah ilmuwan multidisiplin dalam bidang fisika, matematika, astronomi, biologi, sejarah dan bahasa. Al-Biruni adalah salah satu pelopor ilmu geodesi, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai bentuk Bumi serta pengukuran dan pemetaannya. Tentu saja Al-Biruni memahami bahwa Bumi itu berbentuk bulat.

Salah satu modus operandi oknum Bumi datar adalah mencatut agama atau tokoh agama. Tujuannya adalah untuk mendekatkan paham ini dengan agama dan pengikut-pengikutnya. Karena di Indonesia agama terbesar adalah Islam, maka wajar apabila mereka mencari korban di kalangan umat Islam. Salah satu tokoh agama yang dicatut ini adalah Al-Biruni. Tapi, tentu saja, Al-Biruni bukanlah penganut paham Bumi datar.

Lanjutkan membaca “Al-Biruni Bukan Penganut Bumi Datar”

Penerbangan Taiwan-Los Angeles (bukan dari Bali) yang Mendarat Darurat di Anchorage

Sebuah penerbangan dengan rute Taiwan–Los Angeles terpaksa harus mendarat darurat di Anchorage karena salah satu penumpangnya melahirkan. Kaum Bumi datar menjadikan penerbangan tersebut sebagai salah satu “bukti”  awal Bumi datar yang berasal dari penerbangan.

Mereka salah. Hal tersebut terjadi hanya karena ketidaktahuan mereka mengenai sifat distorsi pada proyeksi peta. Kesalahan awal mereka adalah menarik garis lurus antara Taiwan & Los Angeles pada peta Mercator dan menganggap garis tersebut merupakan rute terdekat dari kedua kota tersebut.

Lanjutkan membaca “Penerbangan Taiwan-Los Angeles (bukan dari Bali) yang Mendarat Darurat di Anchorage”

Pendaratan Darurat di Selatan Yang Tak Dapat Dijelaskan Pada Model Bumi Datar

Oknum-oknum pencetus konsep Bumi datar sering menggunakan pendaratan darurat pesawat sebagai ‘bukti’ Bumi datar. Mereka akan menunjukkan bahwa lokasi pendaratan darurat yang dipilih sesuai dengan ‘peta Bumi datar’.

Faktanya adalah penerbangan yang mereka jadikan contoh hanyalah penerbangan yang terjadi di utara, dan hal tersebut adalah kasus sangat khusus yang sekilas terlihat sesuai dengan Bumi datar. Untuk kasus pendaratan darurat yang lain, lokasi pendaratan tak mungkin dijelaskan oleh peta Bumi datar.

Lanjutkan membaca “Pendaratan Darurat di Selatan Yang Tak Dapat Dijelaskan Pada Model Bumi Datar”

Daerah Siang dan Malam Pada Bumi Datar

Featured Video Play Icon

Pada setiap saat, bagian Bumi yang mengalami siang hari sama luasnya dengan daerah yang mengalami malam hari. Alasannya adalah Matahari jaraknya sangat jauh, dan akan menyinari setengah bagian Bumi, dan setengahnya lagi tak mendapat sinar Matahari.

Apabila kita gambarkan daerah-daerah di Bumi yang mendapatkan sinar Matahari pada sebuah peta dengan proyeksi azimuthal-equidistant yang terpusat pada kutub utara, Matahari akan menyinari daerah berbentuk mirip elips pada musim panas utara, dan bentuk seperti ‘lampu Batman’ pada musim dingin. Pada ekuinoks, Matahari akan terlihat menyinari daerah berbentuk setengah lingkaran.

Lanjutkan membaca “Daerah Siang dan Malam Pada Bumi Datar”

Arah Kiblat di Bumi Bulat

Sebuah asumsi yang beredar di komunitas korban Bumi datar mengklaim bahwa arah kiblat di Bumi bulat tidaklah relevan:

“Jika bentuk Bumi adalah bulat, maka kamu bisa mengarah ke mana saja, dan pasti akan mengarah ke kiblat. Karena itu Bumi tidak mungkin berbentuk Bulat”

Kesalahan mereka adalah menggunakan lingkaran untuk mendeskripsikan Bumi bulat, padahal bentuk Bumi itu bulat seperti bola, bukan bundar seperti lingkaran.

Lanjutkan membaca “Arah Kiblat di Bumi Bulat”

Google Maps, GPS dan Jangkauan Sinyal

“Jika berada di lokasi yang tidak terjangkau sinyal, maka GPS di ponsel saya tidak berfungsi dengan baik. Kesimpulannya GPS menggunakan tower BTS, bukan satelit.”

Itu adalah salah satu kesimpulan dari sebagian penganut Bumi datar. Yang dia maksud dengan ‘GPS’ di pernyataan tersebut tentu saja adalah aplikasi Google Maps atau semacamnya.

Lanjutkan membaca “Google Maps, GPS dan Jangkauan Sinyal”

Fakta Emergency Landing Yang Merusak Fantasi Bumi Datar

Salah satu kesalahan yang paling sering ditemui pada penggunaan peta adalah: menarik garis lurus pada peta dan menganggapnya sebagai jarak terdekat. Untuk jarak dekat seperti navigasi dalam kota hal ini tidak jadi masalah besar, namun apabila sudah melibatkan penerbangan jarak jauh, maka garis lurus di peta tidak lagi akurat dalam menggambarkan jarak antara dua lokasi.

Lanjutkan membaca “Fakta Emergency Landing Yang Merusak Fantasi Bumi Datar”