Kenampakan Matahari Pada Bumi Datar

Jika Bumi datar, maka Matahari seharusnya terlihat di atas horizon sepanjang hari, dari semua sudut Bumi. Hal ini tidak terjadi, dan fakta tersebut seharusnya sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa Bumi tidak mungkin datar.

Sayangnya, kaum Bumi datar lalu menciptakan beberapa rantai asumsi di atas asumsi dan menjadikannya sebagai “penjelasan” untuk mencegah model Bumi datar dibuktikan salah. Tak satupun dari “penjelasan” tersebut dapat dibuktikan atau sesuai dengan hukum alam.

Jika Bumi datar, Matahari tak pernah terbenam. Matahari akan selalu terlihat setiap saat, dan tak akan pernah ada malam hari. Untuk “memperbaiki” ketidakcocokan dengan fakta tersebut, mereka menciptakan ad-hoc hypothesis, atau asumsi, bahwa Matahari bersinar seperti lampu sorot. Hal tersebut tidak dapat menjelaskan mengapa Matahari dapat terbenam. Lalu mereka “menambal” inkonsistensi tersebut dengan kembali menciptakan asumsi bahwa “perspektif” dan “refraksi” (yang tentunya bersifat berbeda dengan perspektif dan refraksi sesungguhnya di dunia nyata) menyebabkan Matahari terlihat terbenam. Dan seterusnya. Komunitas Bumi datar tak dapat lagi membedakan mana fakta dan mana rantai-rantai asumsi di atas asumsi yang mereka ciptakan sendiri demi mempertahankan teori kesayangan mereka dari pembuktian objektif.

Bagi kita semua, sangat berguna untuk kembali ke kenyataan tanpa memperhitungkan semua asumsi di atas asumsi yang diciptakan kaum Bumi datar. Tanpa semua asumsi yang tak pernah dibuktikan tersebut, Matahari tidak akan pernah terbenam jika Bumi datar. Pada kasus ekstrem pengamat ada di ‘pinggir’ Bumi, Matahari masih berada 8,7° di atas horizon pada jarak terjauhnya, atau setara dengan posisi Matahari sekitar setengah jam sebelum Matahari terbenam (pada Bumi bulat yang sesungguhnya).

Refraksi atau perspektif bagaimana pun tak akan dapat membuat Matahari terlihat tenggelam di balik horizon. Dan tak ada ‘lampu sorot’ bagaimana pun yang dapat membuat Matahari lenyap sama sekali saat malam hari.