Keseimbangan Palsu / False Balance

Cacat logika keseimbangan palsu terjadi jika seorang jurnalis menyajikan pendapat yang berlawanan dengan perlakuan yang sama, walaupun pendapat tersebut tidak didukung bukti. Hal ini dapat menyebarkan misinformasi karena memberi kesan seakan-akan hal yang tak didukung bukti tersebut layak untuk dipertimbangkan.

Kaum Bumi datar mengeluh bahwa media massa tak memberi mereka perlakuan yang sama seperti yang diberikan kepada ilmuwan. Faktanya, menyajikan kedua pihak tersebut dengan perlakuan yang sama tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya, dan hanya akan menyebarkan misinformasi.

Cacat logika keseimbangan palsu terjadi karena asumsi keliru bahwa memberikan perlakuan yang sama kepada kedua pihak adalah cara objektif untuk menyajikan isu yang kontroversial. Hal ini sering terjadi dalam jurnalisme dalam format talk show tabloid, dimana dua kubu dibuat berhadapan dalam sebuah debat konfrontatif. Dan pemirsa yang menentukan siapa yang menjadi “pemenang”-nya.

Ada beberapa masalah dalam jurnalisme semacam ini:

  • Pendukung konsep tak berdasar akan mendapat porsi yang sama dengan ilmuwan, walaupun di dunia nyata hanya sebagian kecil ilmuwan yang mempercayai konsep tersebut.
  • Banyak pemirsa menilai “pemenang” dari kemampuan berdebat daripada kebenaran konsep yang disampaikan.
  • Banyak pemirsa yang mencari ‘fasilitas’ untuk menyalurkan sifat buruk prasangkanya, dan akan ‘menyukai’ konsep yang menyertakan tuduhan pihak lain berbuat jahat.
  • Menjelaskan konsep sains biasanya membutuhkan waktu dan tenaga lebih besar daripada konsep pseudosains.
  • Pemirsa tak memiliki cukup pengetahuan untuk menilai mana yang benar. Jika demikian, yang “lebih mudah dipahami” walaupun salah akan lebih disukai.

Referensi