Yang Sekilas ‘Masuk Akal’ Belum Tentu Benar

Suatu hal ‘masuk akal’ apabila kita pikir benar menurut penilaian kita secara sekilas. Namun hal yang ‘masuk akal’ belum tentu benar. Kita menilai suatu hal ‘masuk akal’ atau tidak berdasarkan pengalaman kita sehari-hari. Tetapi pengalaman sehari-hari memiliki ruang lingkup yang sangat terbatas. Karena itu untuk banyak hal, tidaklah cukup menyimpulkan berdasarkan penilaian sekilas ‘masuk akal’ atau tidak.

Oknum-oknum Bumi datar sering mengeksploitasi hal ini untuk menghasut kita semua. Mereka katakan misalnya saja “Kelihatannya datar, maka tak masuk akal jika bulat.” Sebagian dari kita menjadi korban hasutan ini dan menolak hasil pengamatan dan penelitian lain yang objektif dan jauh lebih komprehensif. Lalu menyimpulkan bentuk Bumi hanya karena perasaan subjektif ‘masuk akal’ yang berpedoman pada pengalaman sehari-hari yang ruang lingkupnya sangat terbatas.

Sebagai contoh kasus, dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita tak pernah berurusan dengan  hal-hal berikut ini: objek sebesar Bumi, atau bermassa seperti Bumi; objek sekecil atom; ruang hampa udara; dan transfer panas hanya melalui radiasi, tanpa adanya konveksi atau konduksi.

Karena itu, pengalaman kita sehari-hari juga tak dapat digunakan untuk menyimpulkan apa yang terjadi pada kasus-kasus tersebut. Mengandalkan ‘masuk akal’ atau tidak pada kasus-kasus tersebut berpotensi hanya akan membohongi diri sendiri.

Pengalaman setiap orang berbeda-beda, karena itu sesuatu yang dianggap ‘masuk akal’ oleh seseorang, belum tentu ‘masuk akal’ bagi orang yang lain. ‘Masuk akal’ adalah hal yang subjektif.

Menyatakan suatu hal ‘masuk akal’ untuk mendukung sebuah argumen  adalah kesesatan logika (fallacy) appeal to common sense. Untuk mendukung sebuah argumen, kita perlu memberikan bukti lain yang lebih objektif dan spesifik.

Kita cenderung menganggap sesuatu yang ‘masuk akal’ adalah benar, tapi sebenarnya belum tentu demikian. Metoda sains didesain salah satunya untuk meminimalkan bias-bias kognitif seperti ini. Yang dilakukan oknum-oknum Bumi datar ini justru sebaliknya, mereka mendorong terjadinya bias-bias kognitif.

Referensi