Mencari Jarak Matahari Melalui Pengukuran Panjang Bayangan. Mungkinkah?

Hari Sabtu lalu penganut Bumi datar melakukan pengukuran sudut bayangan untuk mengukur jarak Matahari pada model Bumi datar. Percobaan dengan metoda pengambilan data yang sama telah kami bahas pada tulisan kami Eratosthenes.eu: Menentukan Bentuk Bumi Dari Pengukuran Bayangan Matahari.

Bedanya, kami mengambil data dari situs eratosthenes.eu yang telah mengkoordinasikan percobaan yang sama untuk anak-anak SD-SMP di seluruh dunia sejak tahun 2005. Data yang kami gunakan jauh lebih banyak, lebih tersebar pada lokasi yang berbeda di Bumi, dan dilakukan oleh pihak-pihak yang netral. Jadi, percobaan tersebut bukan hal baru, dan kami bisa klaim data yang kami gunakan jauh lebih representatif.

Yang baru dari penganut Bumi datar adalah bahwa mereka mencoba untuk melakukan pengukuran jarak Matahari pada model Bumi bulat menggunakan data yang sama. Pertanyaannya: mungkinkah mencari jarak ke Matahari melalui pengukuran sudut bayangan di permukaan bumi?

Kami bisa katakan praktis tidak bisa. Tak ada ilmuwan yang pernah mendapatkan hasil jarak ke Matahari dengan cara ini. Barangkali percobaan pernah ada yang melakukan, tetapi tak ada hasil pengukuran yang bisa didapatkan dari percobaan tersebut.

Alasannya adalah: untuk menghitung jarak ke Matahari diperlukan alat ukur yang memiliki resolusi dan presisi yang jauh lebih tinggi daripada percobaan sederhana menghitung sudut bayangan Matahari. Jarak Matahari dengan metoda ini diukur dengan mengukur parallax Matahari pada dua tempat yang berbeda di permukaan Bumi. Untuk itu mari kita hitung berapa angular size Bumi apabila diamati dari Matahari.

angular size matahari = 0.53°
diameter bumi = diameter matahari / 109
Maka angular size bumi dari matahari = 0.53°/109 = 0.005°

Itupun masih menggunakan asumsi penghitungan parallax dilakukan di dua tempat yang saling berseberangan (antipoda). Apabila penghitungan dilakukan hanya di Indonesia, maka angular size akan jauh lebih kecil lagi. Namun untuk keperluan perhitungan, kita gunakan saja asumsi pengambilan data dari dua lokasi yang antipoda di Bumi.

Karena angular size Bumi apabila dilihat dari Matahari hanya 0.005°, maka diperlukan instrumen pengukuran yang jauh lebih sensitif. Dan ini tidak akan didapatkan dari percobaan pengukuran bayangan tongkat.

Anggaplah kita inginkan resolusi sebesar 1/10000 dari angular size Bumi, maka resolusi = 1/10000 * 0.005° = 0.0000005°.

Jika tongkat yang digunakan tingginya 2 meter, maka resolusi pengukuran bayangan yang diperlukan = 2 meter × tan(0.0000005°) = 0.0000175 mm

Adakah dari hasil pengukuran kemarin yang memiliki resolusi sampai sekecil itu? Tentu saja tidak.

Pengukuran juga harus dilakukan pada saat yang sangat tepat dengan equinox, barangkali sampai resolusi detik, dan itu tidak dilakukan pada percobaan ini. Ketinggian dari permukaan laut dan jarak dari pusat Bumi yang berbeda-beda pada tempat yang berbeda di Bumi juga harus diperhitungkan.

Kesimpulannya, jarak matahari tidak akan dapat dihitung dengan cara itu. Sampai saat ini tidak pernah ada yang menghitung jarak Matahari dengan mengukur bayangan Matahari dan berhasil.

Bagaimana Ilmuwan Menghitung Jarak Matahari

Pada jaman Yunani kuno, pengukuran jarak ke Matahari dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah ini:

  • Menghitung keliling Bumi (dilakukan oleh Eratosthenes)
  • Menghitung jarak Bumi-Bulan (oleh Hipparchus, Aristharcus dan Ptolemaeus)
  • Menghitung jarak Bumi-Matahari (oleh Aristharchus)

Terlepas dari pamflet penganut Bumi datar sebelum pengambilan data dilakukan yang menyinggung-nyinggung Aristharcus, percobaan mereka sama sekali tidak sama dengan apa yang dulu Aristharcus lakukan.

Pada jaman modern, jarak ke Matahari dihitung melalui parallax Mars (Cassini & Flamsteed), dan transit Venus (Halley).

Strawman

Kami melihat ini adalah usaha-usaha untuk menggunakan teknik argumentasi “strawman”. Modus operandinya adalah dengan menyodorkan model perhitungan yang tidak mungkin diselesaikan pada model Bumi bulat, lalu kemudian dianggap sebagai ‘kelemahan’ dari model Bumi bulat.

Padahal, menurut sejarah, jarak ke Matahari memang tidak pernah didapatkan menggunakan cara ini. Bukan karena model Bumi bulat salah, namun karena dengan metoda tersebut tidak dimungkinkan mendapatkan pengukuran dengan sensitivitas dan presisi yang mencukupi.