Sesat Pikir Analogi Keliru Pada Penggunaan Model Miniatur Dalam “Eksperimen” Bumi Datar

Kaum Bumi datar gemar menggunakan model miniatur untuk mewakili objek aslinya, lalu menganggap sifat yang diamati pada model haruslah sama dengan sifat objek aslinya. Hal ini adalah sesat pikir analogi keliru (false analogy). Sebuah sifat dari objek dan model miniaturnya dapat saja jauh berbeda. Hanya karena bentuknya mirip, tidak lantas lalu bisa disimpulkan sifat lain dari keduanya juga pasti sama.

Observasi dari objek aslinya adalah bukti yang lebih kuat daripada analogi dengan menggunakan model miniatur. Kita tak dapat menggunakan analogi untuk menolak hasil dari observasi langsung pada objek aslinya.

Sesat pikir tersebut kemungkinan berasal dari penggunaan model miniatur untuk keperluan alat peraga. Model Matahari, Bumi dan Bulan yang digunakan untuk menjelaskan fenomena gerhana hanyalah alat peraga. Model tersebut digunakan sebagai alat bantu edukasi, bukan untuk membuktikan terjadinya gerhana. Pembuktian mengenai gerhana dilakukan dengan melakukan observasi terhadap fenomena gerhana yang sesungguhnya itu sendiri.

Untuk mendemonstrasikan absurdnya “logika” Bumi datar tersebut, kita dapat aplikasikan pada hal-hal lain di kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, jika kita ingin tahu jenis mesin daripada sebuah mobil, kita bisa saja membeli versi mainan dari mobil tersebut. Bentuknya akan sama persis dengan aslinya, hanya lebih kecil saja. Dari ‘analisis’ terhadap mainannya, kita dapat mengetahui bahwa mobil tersebut menggunakan baterai. Apakah lalu dapat kita simpulkan bahwa mobil aslinya juga menggunakan baterai? Tentu saja tidak. Mobil aslinya dapat saja bermesin bensin. Hanya karena miniaturnya bermesin listrik, tidak dapat disimpulkan mobil aslinya juga bermesin listrik.

Contoh lain penggunaan “logika” tersebut dalam komunitas Bumi datar:

  • Menuangkan air ke bola yang dianggap mewakili Bumi yang bulat. Air tidak menempel di bola, maka ‘disimpulkan’ air seharusnya tidak menempel di Bumi bulat.
  • Mencelupkan lingkaran berbentuk Bulan ke dalam air pekat. Hasilnya mirip dengan fase Bulan. Maka ‘disimpulkan’ hal tersebut adalah mekanisme terjadinya fase Bulan.
  • Menggunakan bola basah yang berputar sebagai analogi Bumi berotasi. Air tidak diam di permukaan bola, maka ‘disimpulkan’ Bumi tidak bulat seperti bola tersebut.

Semua itu hanyalah false analogy / analogi keliru. Semua fenomena alam tersebut dibuktikan berdasarkan observasi pada fenomena yang sesungguhnya. Kita tak dapat menggunakan analogi untuk menolak hasil yang didapatkan dari observasi langsung pada objek aslinya.

Referensi