Efek Refraksi Atmosfer Terhadap Matahari Terbit dan Terbenam

Jika Bumi datar, maka seharusnya Matahari akan terlihat dari seluruh Bumi, dan tidak akan pernah terbenam. Untuk itu, demi menyelamatkan teori Bumi datar, diciptakanlah sebuah ad-hoc hypothesis bahwa Matahari terbenam adalah akibat dari perspektif dan refraksi.

Untuk perspektif telah kami bahas sebelumnya. Sekarang mari kita telaah betulkah refraksi dapat menyebabkan Matahari terlihat terbenam.

Refraksi atmosfer terjadi karena kerapatan udara berbeda tergantung dari ketinggian dari permukaan laut. Semakin tinggi, semakin kecil kerapatan udara.

Karena kerapatan yang berbeda tersebut, cahaya yang dekat dengan horizon akan melengkung mengikuti permukaan Bumi (lihat ilustrasi). Fenomena ini tidak mendukung model Bumi datar, dimana refraksi akan membelokkan ke arah yang sebaliknya.

Supaya mendukung model Bumi datar, maka kerapatan udara harus sebaliknya: semakin tinggi semakin besar kerapatan udara. Hal tersebut tentunya tidak sesuai dengan kenyataan yang kita ketahui sehari-hari.

Masalah lain lagi adalah besar refraksi. Refraksi atmosfer hanya menyebabkan perbedaan posisi Matahari terbit dan terbenam sebesar 0.57°. Artinya Matahari dapat kita lihat walaupun posisi sebenarnya sudah di bawah horizon sebesar 0.57°. Sedangkan model Bumi datar membutuhkan refraksi yang jauh lebih besar.

Jadi ada dua alasan mengapa refraksi tak dapat dijadikan alasan untuk mendukung teori Bumi datar: arah refraksi kenyataannya berlawanan arah, dan besarnya tak sebesar yang diperlukan oleh model Bumi datar.

Selama ini refraksi dan perspektif digunakan oleh kaum Bumi datar hanya sebagai technobabble. Dua buah istilah yang terdengar ‘canggih’ dan dilengkapi dengan demonstrasi yang relatif memukau, setidaknya untuk kalangan mereka. Tapi pada kenyataannya sama sekali tak dapat menjelaskan fenomena Matahari terbit dan terbenam pada model Bumi datar yang mereka ajukan.

Referensi