Miskonsepsi Efek Coriolis & Argumentasi Strawman Yang Berkaitan

Featured Video Play Icon

Efek Coriolis terjadi pada objek yang diluncurkan ke lokasi lain yang jaraknya lebih dekat atau lebih jauh dari sumbu rotasi Bumi. Objek tersebut mempertahankan inersia yang didapatkan saat objek tersebut masih berada di permukaan Bumi, tetapi besarnya tidak lagi mencukupi untuk bisa tetap bergerak lurus relatif terhadap permukaan Bumi.

Di Khatulistiwa, permukaan Bumi bergerak dengan kecepatan 465 m/detik. Kaum Bumi datar mengklaim apabila seperti itu, maka objek yang diluncurkan ke atas harusnya akan bergerak dengan kecepatan yang sama meninggalkan pengamat. Hal tersebut tidak terjadi, lalu mereka gunakan untuk menunjukkan bahwa efek Coriolis dan gerak rotasi Bumi itu tidak ada. Faktanya, efek Coriolis bukanlah seperti yang mereka gambarkan tersebut.

Efek Coriolis bukan berarti Bumi berotasi di bawah objek yang diluncurkan, dan tanpa mendapat pengaruh sama sekali dari gerak rotasi Bumi. Bahwa hal ini tidak dapat diamati bukanlah bukti tidak ada efek Coriolis atau rotasi Bumi.

Jika kita meluncurkan objek tegak lurus ke atas, objek tersebut akan mempertahankan inersia dari gerak rotasi Bumi. Efek Coriolis terjadi karena pada lokasi yang lebih tinggi, objek tersebut perlu bergerak lebih cepat untuk mengejar gerak rotasi Bumi, tetapi tidak memiliki kecepatan tersebut.

Walaupun demikian, efek Coriolis terlalu kecil untuk dapat diamati pada kejadian sehari-hari. Batu yang dilempar ke atas, atau bahkan peluru yang ditembakkan senapan ke atas tidak akan memberikan pergeseran akibat efek Coriolis yang dapat diamati secara sekilas. Kita perlu melakukan pengukuran yang lebih teliti untuk mengamati efek Coriolis.

Referensi