Tentang Free Energy

Ini sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan topik Bumi datar. Namun pihak-pihak yang rentan mempercayai teori konspirasi, seperti penganut Bumi datar, cenderung mempercayai teori konspirasi lainnya. Dalam hal ini yang akan kita bahas adalah teori konspirasi ‘free energy’.

Definisi ‘Free Energy’

Energi yang kita nikmati sehari-hari, apapun itu, merupakan hasil konversi dari bentuk energi yang lain. Energi listrik, misalnya, merupakan hasil konversi dari energi potensial gravitasi pada PLTA, energi kimiawi pada batu bara di PLTU, energi panas Bumi pada PLTPB, atau energi Matahari pada panel surya.

‘Free energy’ adalah sebuah konsep bahwa energi bisa diciptakan, dan tidak perlu dikonversi dari energi yang lain.

‘Free energy’ bukan soal harga. Harga bisa saja gratis, tapi energi tetap dikonversi dari energi yang lain. Energi bisa gratis misalnya ongkos produksi disubsidi.

‘Free Energy’ Menyalahi Hukum Alam

‘Free energy’ tidak akan dapat berfungsi karena bertentangan dengan hukum alam, yaitu hukum kekekalan energi dan hukum pertama termodinamika. Energi hanya dapat dikonversikan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.

“Tapi ada video YouTube yang menampilkan alat free energy…”

Ada beberapa kemungkinan soal ini. Bisa saja manipulasi video, misalnya dengan menghentikan video sebelum perangkatnya berhenti.

Tapi tak sedikit dari video-video tersebut adalah sulap. ‘Free energy’ tak dapat berfungsi sebagaimana David Copperfield tidak benar-benar bisa menembus Tembok Cina. Pada konteks sulap ‘free energy’, seninya adalah bagaimana menyelundupkan energi ke dalam sistem tanpa diketahui penonton, agar perangkat dapat terus berfungsi selamanya, dan memberikan kesan bahwa itu adalah ‘free energy’.

Perbedaannya dengan sulap biasa, tentu saja, pemirsa sulap biasa sudah tahu bahwa mereka sebenarnya ‘dibohongi’. Sedangkan pada sulap ‘free energy’, ada sebagian permirsa yang percaya hal tersebut betul-betul terjadi.

“Tapi Nikola Tesla menciptakan alat ‘free energy’…”

Karena sesuatu hal, Nikola Tesla adalah tokoh favorit pada banyak teori konspirasi. Tapi terlepas dari apa yang dikatakan mereka, Nikola Tesla adalah ilmuwan betulan, dan tentunya tidak percaya akan ‘free energy’.

Hal ini dapat dibaca pada tulisannya ‘The Problem of Increasing Human Energy’ di Century Magazine, tahun 1900:

First let us ask: Whence comes all the motivepower? What is the spring that drives all? We see the ocean rise and fall, the rivers flow, the wind, rain, hail, and snow beat on our windows, the trains and steamers come and go; we here the rattling noise of carriages, the voices from the street; we feel, smell, and taste; and we think of all this. And all this movement, from the surging of the mighty ocean to that subtle movement concerned in our thought, has but one common cause. All this energy emanates from one single center, one single source–the sun. The sun is the spring that drives all. The sun maintains all human life and supplies all human energy.

Tesla tahu persis bahwa hampir semua energi bersumber dari Matahari, dan hampir semua energi yang dinikmati merupakan hasil konversi dari energi Matahari.

Anggapan bahwa Tesla mempercayai ‘free energy’ hanyalah salah satu dari sekian banyak fitnah yang dibuat oknum-oknum pencipta teori konspirasi terhadap Nikola Tesla.

“Tapi, Tesla coil…”

Tesla coil bukan pembangkit energi, apalagi alat ‘free energy’. Telsa mendesain Tesla coil salah satunya untuk keperluan transmisi energi.

Pada Wanderclyffe Tower, Nikola Tesla menggunakan generator berbahan bakar batu bara.

“Tapi, pada transmisi energi wireless, bisa saja hanya ada satu pengirim, tetapi banyak penerima energi yang sama…”

Transmisi energi wireless mengikuti inverse square law. Semakin jauh jarak penerima dari pengirim, maka semakin kecil energi yang diterima, dan besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jika ada banyak penerima, jumlah seluruh energi yang diterima ini tidak akan pernah melebihi total energi yang dikirim.

“‘Free Energy’ sengaja ditutup-tutupi oleh pihak-pihak tertentu…”

Ini adalah tema yang sangat umum. Konon, kita tidak bisa menikmati ‘free energy’ karena ‘free energy’ sengaja ditutup-tutupi. Tema ini tak jauh berbeda bagi kita yang ‘berkecimpung’ di teori konspirasi bentuk Bumi.

Padahal, jika kamu memiliki energi yang tak terbatas, tak ada alasan bagi kamu untuk tidak menggunakan energi tersebut sesuai dengan tujuanmu. Singkatnya, jika kamu memiliki energi yang tak terbatas, maka kamu bisa yang menjadi elit globalnya.

Apa yang akan terjadi bila ‘free energy’ benar-benar ada?

Jika benar ada ‘Free energy’, maka hal tersebut akan mengubah segalanya. Seluruh hukum alam akan perlu ditulis ulang dan akan jauh lebih fenomenal daripada Teori Relativitas Einstein. Penemunya akan dianugerahi hadiah Nobel, dan mungkin tidak cuma satu.

Jika energi hanya dapat dikonversikan, kemanakah energi-energi tersebut pada akhirnya?

Kebanyakan energi akan berakhir menjadi energi termal/kalor dan akan lepas ke luar angkasa dalam bentuk radiasi infra merah. Karena itu kita tetap membutuhkan input energi dari Matahari. Saat Matahari kehabisan energinya, begitu pula dengan Bumi.

Jenis energi yang satu tidak dapat dibandingkan dengan energi lain setelah dikonversi, karena jenisnya berbeda. Karena itu masih ada kemungkinan adanya ‘free energy’.

Hal tersebut tidak benar. Besarnya energi input bisa dihitung, dan outputnya tidak akan lebih besar daripada inputnya. Hal ini berlaku untuk jenis energi apapun, sebagai input maupun outputnya.

Contohnya, sebuah baterai lithium 9V dengan kapasitas 600 mAh memiliki kandungan energi sebesar 9V × 600 mAh = 19440 joule. Jika baterai tersebut digunakan untuk menjalankan lampu CFL yang mengambil daya sebesar 5 W, maka lampu tersebut akan menyala selama maksimum 19440 joule / 5 watt = 1 jam 5 menit.

Contoh di atas masih mengasumsikan efisiensi 100%. Efisiensi tidak mungkin 100%, sehingga pada kenyataannya tidak akan selama itu.

Satuan Energi

Besar energi diukur dengan satuan Joule. Ini berlaku untuk energi apapun. Untuk energi yang berbeda-beda, cara menghitungnya pun berbeda-beda, namun akan tetap menghasilkan satuan Joule.

Selain Joule, satuan non standard yang sering digunakan sehari-hari adalah: kWh dan kalori.

Daya/power adalah laju energi atau rate of energy. Satuannya adalah Joule/detik, atau Watt. Perangkat yang mengkonsumsi energi listrik biasanya menyebutkan dayanya dalam satuan Watt. Lampu 5 Watt artinya lampu tersebut menkonsumsi energi sebesar 5 Joule setiap detiknya.

Sesat Pemikiran ‘Appeal to Consequences’

‘Free energy’ memiliki daya tarik tertentu. Jika memang benar ada ‘free energy’, maka kita tidak perlu membayar biaya listrik PLN atau bahan bakar untuk kendaraan.

Kata kuncinya adalah ‘jika memang benar’.

Sebagian orang menanggapi hal tersebut secara emosional. Dan pihak-pihak yang menyampaikan informasi mengenai hukum kekekalan energi dianggap sebagai ‘penjahat’, karena tidak sesuai dengan hal yang mereka inginkan.

Ini dinamakan sesat pemikiran appeal to consequences. ‘Free energy’ dianggap ada karena hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan.

Di sini pentingnya mengontrol emosi kita. Dengan mengontrol emosi, kita akan lebih efektif menilai segala sesuatunya secara objektif, seperti halnya dalam kasus ‘free energy’, dan tentu saja kasus ‘Bumi datar’.