Force the Line

“Force the line” adalah metode yang diusulkan kaum Bumi datar untuk mengetahui bentuk Bumi. Metode ini tak realistis karena perlu membuat bangunan yang sangat panjang yang dibuat rata.

“Force the line” hanya merupakan pelaksanaan cacat logika bukti tunggal. Mereka mengabaikan bukti Bumi bulat yang sangat banyak jumlahnya, dan menunggu hasil dari satu metode ini, yang sangat sulit untuk dieksekusi dan sangat rentan kesalahan.

Lanjutkan membaca “Force the Line”

Jembatan Danyang–Kunshan

Tahun 2021, Jembatan Danyang–Kunshan adalah jembatan terpanjang di dunia. Ini adalah jembatan viaduct sepanjang 165 km di China, terdiri dari 2000 bentangan 80 m. Seperti semua jembatan lain, jembatan ini dibuat mengikuti lengkungan Bumi.

Ada hoaks di kalangan Bumi datar yang mengklaim Jembatan Danyang–Kunshan “membuktikan” Bumi datar. Faktanya, itu hanyalah klaim tanpa bukti, yang lalu menyebar sebagai hoaks.

Ini jembatan viaduct dengan banyak bentangan pendek. Memperhatikan lengkung Bumi tak sepenting pada jembatan panjang, namun jembatan ini tetap dibuat mengikuti lengkungan Bumi.

Lanjutkan membaca “Jembatan Danyang–Kunshan”

Jembatan Suramadu dan Lengkungan Bumi

Jembatan Suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dan Bangkalan di Pulau Madura dibuat dengan memperhatikan lengkungan Bumi. Hal tersebut disampaikan oleh Ir A.G Ismail MSc, salah satu pimpinan proyek tersebut kepada situs berita Suara Publik.

Lanjutkan membaca “Jembatan Suramadu dan Lengkungan Bumi”

Rel Kereta dan Lengkungan Bumi

Rel kereta dibuat dengan mengikuti permukaan Bumi, dengan meminimalkan kemiringan sebisa mungkin. Karena itu, rel kereta juga otomatis mengikuti lengkungan Bumi. Banyak pula rel kerta dibuat secara khusus dengan memperhatikan lengkungan Bumi.

Kaum Bumi datar mengklaim rel kereta selalu lurus, dan tidak dibuat dengan memperhitungkan lengkungan Bumi. Mereka salah. Proses leveling pada pembuatan rel kereta dilakukan dengan memperhatikan lengkungan Bumi. Dan ada banyak referensi mengenai konstruksi rel kereta dimana lengkungan Bumi diperhitungkan secara khusus.

Lanjutkan membaca “Rel Kereta dan Lengkungan Bumi”

Leveling

Leveling (kadang disebut dengan waterpasing) adalah proses mengukur beda ketinggian antara satu titik relatif terhadap titik yang lain. Lengkungan Bumi dan refraksi atmosfer akan mempengaruhi hasil dari leveling. Ada beberapa teknik dan rumus yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan pengukuran akibat adanya lengkungan Bumi dan refraksi atmosfer.

Kaum Bumi datar berasumsi pengerjaan konstruksi seperti jalan, rel kereta dan jembatan dibuat tanpa memperhatikan lengkungan Bumi. Mereka salah. Prosedur pengerjaan leveling yang dilakukan pada pengerjaan konstruksi tersebut dilakukan untuk meminimalkan kesalahan pengukuran akibat lengkungan Bumi.

Lanjutkan membaca “Leveling”

Jembatan Humber dan Lengkungan Bumi

Jembatan Humber, dekat Kingston upon Hull, East Riding of Yorkshire, Inggris, adalah jembatan gantung sepanjang 2,2 km, yang mulai dibuka tanggal 24 Juni 1981. Pada saat dibuka, jembatan tersebut adalah yang jembatan gantung terpanjang di dunia.

Kedua tiangnya —walaupun sama-sama vertikal— terpisah lebih jauh 36 mm di puncaknya dibandingkan di bagian dasarnya akibat dari lengkungan Bumi.

Referensi

Jembatan Verrazano-Narrows dan Kelengkungan Bumi

Untuk sebagian besar bangunan buatan manusia, biasanya tidak dilakukan kompensasi kelengkungan Bumi. Untuk proyek yang meninggi, perencana hanya perlu memastikan pondasi datar, dan secara otomatis kelengkungan Bumi menjadi non faktor.

Untuk pengerjaan proyek yang memanjang, misalnya jalan tol, rel kereta api, atau parit, biasanya perbedaan ketinggian jauh lebih dominan daripada kelengkungan Bumi, dan dengan demikian kelengkungan Bumi tidak perlu diperhitungkan lagi.

Tetapi ada proyek dimana kelengkungan Bumi perlu diperhatikan, contohnya adalah jembatan gantung.

Lanjutkan membaca “Jembatan Verrazano-Narrows dan Kelengkungan Bumi”