Sinar Matahari Praktis Sejajar, Tetapi Tidak Sejajar Sempurna

Matahari memancarkan sinarnya ke segala arah. Tetapi jarak Matahari sangat jauh, sehingga yang kita terima hampir sejajar. Dari Bumi, sudut maksimum antara dua cahaya yang datang dari Matahari adalah 0,53°. Praktis sejajar, tapi tak sejajar sempurna.

Untuk banyak keperluan, sinar Matahari dapat kita asumsikan sebagai sejajar. Tetapi untuk kasus tertentu, sudut sinar Matahari adalah faktor yang perlu diperhatikan.

Lanjutkan membaca “Sinar Matahari Praktis Sejajar, Tetapi Tidak Sejajar Sempurna”

Earthshine Memperlihatkan Bulan Menutupi Matahari Saat Gerhana Matahari Total

Saat gerhana Matahari total, sisi Bulan yang menghadap ke Bumi tak menerima cahaya Matahari, tetapi tetap menerima cahaya dari Bumi. Hal ini dinamakan Earthshine, yang dapat diabadikan menggunakan kamera dengan eksposur lama.

Kaum Bumi datar menuntut bukti visual Matahari tertutup Bulan saat gerhana Matahari. Fenomena Earthshine adalah bukti tersebut & memperlihatkan Bulan menutupi Matahari.

Lanjutkan membaca “Earthshine Memperlihatkan Bulan Menutupi Matahari Saat Gerhana Matahari Total”

Ibadah Islam dan Bumi Bulat

Beberapa ibadah Islam tergantung pada pengamatan peristiwa astronomi. Saat ini, beberapa pengamatan digantikan perhitungan menggunakan pengetahuan Bumi bulat; yang memberi hasil sama dengan pengamatan langsung, pada banyak lokasi, selama berabad-abad. Hal ini menegaskan bahwa Bumi berbentuk bulat.

Ada Muslim yang percaya Bumi datar, lalu mencoba mengintegrasikan Bumi datar ke dalam agamanya. Hal ini menyebabkan fenomena unik mereka beribadah sesuai hitungan Bumi Bulat, tapi tak mampu menerima fakta itu. Sering pula terjadi cognitive dissonance spektakuler saat mereka diberi tahu fakta tersebut.

Lanjutkan membaca “Ibadah Islam dan Bumi Bulat”

Bagian Gelap Bulan dan Kenampakan Bulan di Siang Hari

Gelap atau warna hitam terjadi karena tak ada cahaya mencapai mata kita. Benda gelap atau berwarna hitam praktis tidak memancarkan cahaya, bukan memancarkan “cahaya hitam.”

Kaum Bumi datar mengklaim bagian gelap dari Bulan seharusnya terlihat gelap pada siang hari. Faktanya hal tersebut karena mereka tak paham bahwa gelap atau hitam terjadi karena tak ada cahaya, bukan karena “cahaya hitam.”

Lanjutkan membaca “Bagian Gelap Bulan dan Kenampakan Bulan di Siang Hari”

Perspektif Paksa

Matahari dan Bulan terlihat berukuran sama di langit, tetapi tidak berukuran sama. Keduanya hanya terlihat sama karena Matahari 400× lebih besar, tapi juga 400× lebih jauh. Untuk menjelaskannya, kita gunakan perspektif paksa pada foto.

Kaum Bumi datar bersikeras Matahari & Bulan berukuran sama hanya karena terlihat berukuran sama. Dengan “logika” yang sama, adik di atas memiliki tinggi sama dengan menara Eiffel.

Lanjutkan membaca “Perspektif Paksa”

Bagian Bulan Yang Terang Saat Bulan Purnama

Orbit Bulan membentuk sudut 5,145° terhadap orbit Bumi mengelilingi Matahari. Hal ini menyebabkan gerhana Bulan tak terjadi setiap bulan, dan Bulan purnama tidak pernah 100% penuh sempurna.

Kaum Bumi datar mengklaim Bulan purnama seharusnya tak mungkin terjadi. Faktanya, Bulan purnama maksimum setidaknya 99,8% penuh, dan kita tak dapat membedakan Bulan yang 98% penuh dan Bulan yang 100% penuh. Kita tetap menyebutnya Bulan purnama, walaupun tidak pernah 100% penuh sempurna.

Lanjutkan membaca “Bagian Bulan Yang Terang Saat Bulan Purnama”

Flat Earth Dome Model

Featured Video Play Icon

“Flat Earth Dome Model” (walter.bislins.ch/FED) adalah app yang dibuat oleh rekan Walter Bislin yang juga gemar meluruskan hoaks Bumi datar. App tersebut memetakan hasil pengamatan ke dalam model Bumi datar. Pada app ini, garis menunjukkan lintasan sinar yang akan terjadi seandainya Bumi itu datar. App ini menunjukkan bahwa cahaya perlu berbelok dengan cara yang mustahil seandainya Bumi datar, membuktikan Bumi tidak datar.

Video dari app ini beredar di komunitas Bumi datar dan mereka tidak mampu memahami yang ditampilkan dalam app tersebut. Mereka keliru mengklaim app ini “membuktikan” Bumi datar, padahal sebaliknya, app tersebut justru membuktikan secara komprehensif bahwa Bumi tidak mungkin berbentuk datar.

Lanjutkan membaca “Flat Earth Dome Model”

Orbit Satelit DSCOVR

Satelit DSCOVR mengorbit titik Lagrange L1 di antara Matahari dan Bumi. Kita dapat mengatakan satelit DSCOVR berada di antara Matahari dan Bumi, tetapi tidak tepat berada di antara keduanya.

Kaum Bumi datar menemukan foto dari DSCOVR saat Bulan terlihat di depan Bumi, dan saat bayangan gerhana terlihat di permukaan Bumi. Lalu mereka mengklaim foto-foto tersebut mustahil diambil jika DSCOVR berada di antara Matahari dan Bumi. Faktanya, DSCOVR tidak tepat berada di antara Matahari dan Bumi, tetapi mengorbit titik di antara keduanya.

Lanjutkan membaca “Orbit Satelit DSCOVR”

Efek Allais

Efek Allais adalah dugaan adanya anomali pada bandul atau gravimeter yang konon dapat diamati saat peristiwa gerhana Matahari. Efek tersebut gagal dibuktikan secara konsisten dan kemungkinan besar terjadi karena kesalahan eksperimen.

Kaum Bumi Datar menggunakan efek Allais untuk menolak hasil dari bandul Foucault. Faktanya, efek Allais belumlah terbukti. Seandainya pun terbukti, maka hanya terjadi saat gerhana dan tak dapat membantah fakta bahwa gerak presesi pendulum merupakan akibat dari rotasi Bumi. Selain itu pun masih ada sangat banyak bukti lain bahwa Bumi bergerak.

Lanjutkan membaca “Efek Allais”

Siklus Saros dan Deret Saros

Featured Video Play Icon

Saros adalah siklus 18 tahun, 11 hari dan 8 jam antara beberapa gerhana. Gerhana bersiklus sama dikelompokkan ke dalam sebuah deret Saros yang diberi nomor untuk mengidentifikasikannya.

Kaum Bumi datar mengklaim penggunaan istilah Saros yang berasal dari peradaban Babilonia merupakan “bukti” bahwa gerhana diprediksi menggunakan teknologi kuno jaman Babilonia. Faktanya, siklus Saros saat ini digunakan untuk mengelompokkan gerhana yang mirip. Contohnya, gerhana 26 Desember 2019 adalah anggota ke-46 Saros Matahari 132 dari total 71 gerhana.

Istilah Saros pertama kali digunakan untuk keperluan gerhana oleh Edmond Halley pada tahun 1691. Bangsa Babilonia tak pernah menggunakan istilah Saros untuk urusan gerhana. Sedangkan sistem penomoran deret Saros dibuat oleh G. van den Bergh pada tahun 1955.

Lanjutkan membaca “Siklus Saros dan Deret Saros”

Stellarium

Kaum Bumi datar gemar menunjukkan peristiwa langit dan tata letak benda langit tertentu, dan bersikeras hal tersebut tak mungkin terjadi jika Bumi bulat mengelilingi Matahari. Lalu mereka keliru menggunakannya sebagai “bukti” Bumi datar dan diam.

Kita dapat tanyakan kepada mereka waktu kejadian dan lokasi pengamat, lalu menggunakan Stellarium atau aplikasi sejenis untuk membuat simulasinya. Jika hasilnya sama dengan pengamatan, artinya sama sekali tidak ada kejanggalan. Dan masalahnya hanya bersumber dari kegagalan kaum Bumi datar untuk memahami dan membuat model yang benar.

Lanjutkan membaca “Stellarium”

Siklus Saros dan Prediksi Gerhana

Saros adalah periode 6585⅓ hari antara dua gerhana. Satu Saros setelah gerhana, akan terjadi gerhana yang mirip. Gerhana yang memiliki siklus yang sama tersebut dikelompokkan ke dalam sebuah Deret Saros.

Kaum Bumi datar mengklaim gerhana hanya bisa diprediksi melalui Siklus Saros. Faktanya, ada banyak sifat dari gerhana yang tidak mungkin diprediksi hanya dari Siklus Sarosnya. Lanjutkan membaca “Siklus Saros dan Prediksi Gerhana”

Bulan Yang Tak Menjadi Gelap Pada Foto Gerhana Bulan Total

Foto-foto perkembangan gerhana Bulan diambil dengan eksposur kamera yang bertambah untuk mengimbangi kecerahan Bulan yang berkurang. Perbedaan eksposur mulai Bulan purnama sampai dengan gerhana total dapat mencapai 19EV, atau daya tangkap cahaya ditambah sebesar 500000×.

Foto-foto gerhana Bulan terlihat dengan kecerahan yang konstan dan kaum Bumi datar —yang sepertinya belum pernah menyaksikan sendiri gerhana Bulan— mengklaim hal tersebut adalah “bukti” gerhana Bulan bukanlah akibat bayangan Bumi. Faktanya, foto-foto tersebut dibuat memiliki kecerahan sama dengan mengubah eksposur pada kamera yang digunakan.

Lanjutkan membaca “Bulan Yang Tak Menjadi Gelap Pada Foto Gerhana Bulan Total”

Warna Merah Saat Gerhana Bulan Total

Bulan menjadi merah saat gerhana Bulan total karena atmosfer Bumi bersifat seperti lensa yang membelokkan sinar Matahari ke Bulan. Selain itu, atmosfer Bumi menghamburkan komponen warna biru dari sinar Matahari sehingga hanya komponen merah yang mencapai Bulan.

Bulan tidak sepenuhnya gelap selama gerhana Matahari total, dan kaum Bumi datar keliru menggunakannya sebagai “bukti” Bulan tidak tertutup Bumi saat gerhana. Faktanya, hal tersebut terjadi karena fenomena optik yang melibatkan atmosfer Bumi.

Lanjutkan membaca “Warna Merah Saat Gerhana Bulan Total”

Skala Untuk Penggambaran Matahari, Bumi, Bulan dan Benda Langit Lainnya

Diagram Matahari, Bumi, dan Bulan, atau benda-benda langit lainnya jarang dibuat sesuai skala karena ukurannya yang terlalu kecil dibandingkan dengan jarak antara benda-benda tersebut yang sangat jauh.

Kaum Bumi datar menganggap bahwa diagram benda langit tidak digambarkan sesuai skala sebenarnya sebagai sebuah pengelabuan. Faktanya, mustahil untuk membuat diagram benda langit yang sesuai skala pada media fisik, dan tetap menjelaskan apa yang ingin dijelaskan.

Lanjutkan membaca “Skala Untuk Penggambaran Matahari, Bumi, Bulan dan Benda Langit Lainnya”

Fase Bulan dan Gerhana Bulan

Fase bulan adalah bentuk dari bagian Bulan yang terkena cahaya Matahari secara langsung yang terlihat dari Bumi. Fase Bulan berubah terus menerus dengan siklus 29½ hari.

Gerhana Bulan terjadi saat Bulan masuk ke dalam bayangan Bumi. Gerhana Bulan terjadi pada fase Bulan purnama dan jika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam garis lurus.

Kaum Bumi datar mengklaim tak mungkin fase Bulan terjadi akibat bayangan Bumi, dan mereka gunakan untuk mendiskreditkan sains. Faktanya, fase Bulan memang bukan akibat dari bayangan Bumi. Mereka hanya keliru membedakan fase dan gerhana Bulan. Lanjutkan membaca “Fase Bulan dan Gerhana Bulan”

Prediksi Gerhana Tak Perlu Menggunakan Siklus Saros atau Melibatkan NASA

Dengan kemampuan pemrosesan komputer saat ini, prediksi gerhana biasanya dilakukan secara iteratif. Prediksi dilakukan dengan cara menentukan posisi Bulan dan Matahari pada satu waktu, dan menghitung apakah terjadi gerhana. Proses tersebut diulangi lagi berkali-kali untuk waktu yang berbeda.

Kaum Bumi datar mengklaim tak ada yang bisa memprediksi gerhana dari perhitungan posisi Bulan dan Matahari. Mereka keliru menganggap NASA memprediksi gerhana dengan menggunakan siklus Saros. Script Python singkat ini membuktikan mereka salah.

Lanjutkan membaca “Prediksi Gerhana Tak Perlu Menggunakan Siklus Saros atau Melibatkan NASA”

Inklinasi Orbit: Penyebab Gerhana Tak Terjadi Setiap Bulan

Featured Video Play Icon

Orbit Bumi dan orbit Bulan tidak persis  sebidang, tetapi bidang orbit Bulan membentuk sudut sebesar 5,14° terhadap orbit Bumi. Itu sebabnya baik gerhana Bulan dan gerhana Matahari tak terjadi setiap bulan.

Kadang kita melihat kaum Bumi datar mengklaim seharusnya gerhana terjadi setiap bulan, tetapi tidak terjadi, dan mereka simpulkan sebagai ‘kegagalan sains’ untuk menjelaskan fenomena gerhana. Kesalahan mereka adalah tidak memperhitungkan faktor inklinasi orbit, atau kemiringan orbit Bulan terhadap orbit Bumi.

Lanjutkan membaca “Inklinasi Orbit: Penyebab Gerhana Tak Terjadi Setiap Bulan”

Ukuran Matahari dan Bulan yang Terlihat

Matahari dan Bulan sekilas terlihat berukuran sama di langit, tetapi keduanya tidak berukuran sama persis dan ukurannya pun tidak konstan karena orbit Bumi dan Bulan berbentuk elips.

Kaum Bumi datar mengklaim terlalu kebetulan bahwa Matahari tepat 400× lebih besar daripada Bulan, dan tepat 400× lebih jauh, sehingga membuat keduanya tampak terlihat tepat sama besar. Faktanya, Matahari dan Bulan tidak tepat berukuran sama.

Lanjutkan membaca “Ukuran Matahari dan Bulan yang Terlihat”

Lintasan Gerhana yang Bergerak ke Timur

Featured Video Play Icon

Lintasan gerhana Matahari bergerak ke Timur karena gerak Bulan di orbitnya lebih cepat daripada rotasi Bumi. Lintasan gerhana Matahari dipengaruhi oleh kecepatan linear Bulan, bukan kecepatan sudutnya.

Bulan bergerak ke arah Barat. Kaum Bumi datar keliru mengklaim jika Bulan bergerak ke barat, maka bayangannya pun juga harus bergerak ke Barat. Faktanya, bayangan Bulan melewati Bumi, bukan mengelilinginya. Jalur gerhana dipengaruhi oleh kecepatan linear Bulan, bukan kecepatan sudutnya.

Lanjutkan membaca “Lintasan Gerhana yang Bergerak ke Timur”