Bentuk Bumi Pipih atau ‘Oblate Spheroid’

Bumi berbentuk bulat sedikit pipih, atau oblate spheroid. Diameternya lebih besar di khatulistiwa daripada antar kedua kutubnya. Perbedaan diameter tersebut sangat kecil, hanya 0,3%. Kita tak dapat mengenali bentuk tersebut dari foto Bumi yang diambil dari luar angkasa tanpa melakukan pengukuran dengan teliti.

Kaum Bumi datar mengklaim Bumi terlihat bulat sempurna dari foto, berbeda daripada yang dikatakan sains, lalu mereka gunakan hal tersebut untuk mendiskreditkan sains. Faktanya, bentuk oblate tersebut dapat kita kenali dengan melakukan pengukuran dengan teliti.

Satelit Himawari memberi kita foto Bumi keseluruhan dengan resolusi sangat tinggi: 121 megapiksel. Dengan foto-foto tersebut, kita dapat mengukur bentuk oblate dari Bumi, yang sulit dikenali dari foto-foto beresolusi rendah. Kami dapat mengukur perbedaan sebesar 0,338%, sangat dekat dengan standar WGS84, yaitu 0,336%.

Pengukuran Kami

Kami menggunakan foto satelit dari Himawari-8 yang beresolusi 11000×11000. Untuk itu kami mencari citra yang menunjukkan Bumi disinari Matahari secara merata. Kami dapat menemukan 4 citra yang sesuai. Berikut adalah nama berkas beserta diameter  Bumi Barat-Timur dan Utara-Selatan.

  • hima820150923112000fd.png: 10906×10868
  • hima820160320112000fd.png: 10905×10870
  • hima820160923112000fd.png: 10906×10869
  • hima820170922112000fd.png: 10906×10869

Nilai rata-rata dari keempat citra: 10905.75×10869. Perbandingannya: 0.338%.

Berdasarkan pengukuran teliti, ternyata dapat diketahui bahwa Bumi memang berbentuk oblate spheroid: diameter antar kutub lebih pendek daripada diameter khatulistiwa. Angka ini juga tak terpaut jauh dari angka dari standar WGS84, yaitu sebesar 0.336%.

Jadi dapat disimpulkan foto Bumi dari luar angkasa sesuai ekspektasi, yaitu oblate spheroid, dan perbandingan diameternya pun sesuai ekspektasi.

Selanjutnya adalah detail dari analisis.

Mencari Foto Yang Cocok

Foto yang diperlukan untuk analisis ini adalah yang keseluruhan Bumi sedang mengalami siang. Satelit Himawari-8 adalah satelit geostasioner sehingga posisinya selalu di atas khatulistiwa pada garis bujur yang sama. Dengan kondisi demikian, kita mencari foto saat Matahari tepat di atas khatulistiwa (equinox) dan saat itu sedang tengah hari.

Kami hanya dapat mendapatkan empat gambar yang sesuai untuk keperluan ini:

  • hima820150923112000fd.png
  • hima820160320112000fd.png
  • hima820160923112000fd.png
  • hima820170922112000fd.png

Sayangnya, saat equinox Maret 2017, satelit Himawari-8 tidak mengambil gambar.

Analisis

Untuk melakukan analisis, kami menggunakan shell script + ImageMagick. Tujuannya agar analisis dapat secara seragam dilakukan pada keempat citra, dan untuk menghindari unsur subjektivitas dari penulis. Scriptnya adalah sebagai berikut:

#!/bin/sh 
 
for A in *.png ; do 
        echo $A 
        convert $A -fuzz 30% -trim +repage -format 'scale=5; %w ; %h; (%w / %h) 
- 1\n' info: | bc 
done

Script tersebut melakukan crop, mengukur hasilnya dan menghitung perbandingannya.

Referensi