Ibadah Agama Islam Tergantung Pada Pemahaman Bentuk Bumi Bulat

Observasi dan perhitungan astronomi merupakan bagian dari ibadah umat Islam. Untuk menentukan arah kiblat, waktu shalat, awal puasa Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha, serta menentukan jadwal shalat gerhana, semuanya ditentukan melalui pengamatan atau perhitungan astronomi. Tanpa pemahaman yang benar mengenai bentuk Bumi yang sesungguhnya, tidaklah mungkin seorang Muslim menjalankan beberapa kewajibannya dengan praktis dan efektif.

Catatan: Kami melakukan pembahasan dari sisi sains, bukan akidah agama. Semua observasi astronomis yang dilakukan oleh umat Islam dapat dilakukan oleh non Muslim dan hasilnya akan sama dan konsisten dengan perhitungan menggunakan model Bumi bulat. Umat Islam memberikan riwayat hasil pengamatan selama berabad-abad dari berbagai lokasi di Bumi dan hal tersebut merupakan bukti Bumi bulat bagi siapapun, bukan hanya umat Islam.

Menentukan Arah Kiblat

Arah kiblat ditentukan melalui perhitungan jarak great-circle pada Bumi bulat. Dan hasilnya dapat diverifikasi dengan cara mengamati arah Matahari saat peristiwa Istiwa A’zam, atau saat Matahari berada di atas ka’bah.

Keperluan untuk menghitung arah kiblat pada lokasi yang jauh dari Kota Mekah menyebabkan banyaknya hasil riset mengenai astronomi dan trigonometri bola yang dilakukan ilmuwan Muslim jaman dahulu.

Artikel terkait:

Menentukan Waktu Shalat

Waktu shalat secara tradisional ditentukan dengan cara mengamati posisi Matahari dan kondisi langit secara visual. Namun praktis tak ada lagi yang melakukannya. Waktu shalat saat ini ditentukan melalui perhitungan astronomi yang tergantung pada model Bumi bulat. Seluruh tabel, aplikasi, dan situs web penghitung waktu shalat menggunakan hasil perhitungan menggunakan model Bumi bulat.

Menentukan Awal Bulan Hijriyah

Awal bulan Hijriyah ditentukan dari penampakan hilal saat Matahari terbenam, misalnya untuk menentukan awal bulan Ramadan, dan Hari Raya Idul Fitri. Ada Muslim yang menentukan awal Bulan dari pengamatan, dan ada pula yang berdasarkan perhitungan. Walaupun demikian, yang menentukan awal Bulan berdasarkan pengamatan pun tetap menggunakan hasil perhitungan sebagai alat bantu, dan perhitungan tersebut tentu saja dilakukan menggunakan model Bumi bulat.

Artikel terkait:

Menentukan Waktu Shalat Gerhana

Secara tradisional, shalat gerhana dilakukan saat diamati terjadinya gerhana. Namun di jaman modern ini, shalat gerhana bisa direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Panitia mesjid, misalnya, dapat menjadwalkan Imam shalat, mengumumkan waktunya serta merencanakan acara lain yang terkait peristiwa tersebut jauh-jauh hari sebelumnya.

Perhitungan gerhana tentunya hanya bisa dilakukan dengan menggunakan model Bumi bulat.

Artikel terkait:


Kaum Bumi datar sering menggunakan dalil agama Islam untuk melakukan indoktrinasi Bumi datar dengan mendompleng agama Islam, dan sayangnya tak sedikit umat Islam yang terpengaruh. Tetapi disadari atau tidak, korban Bumi datar yang Muslim juga menjalankan ibadahnya berdasarkan Bumi bulat. Tanpa hasil perhitungan menggunakan model Bumi bulat, tak mungkin bagi mereka untuk dengan praktis dan efektif menjalankan ibadahnya.

Saat ini perhitungan dan pengamatan astronomi tersebut biasanya tidak dilakukan sendiri, namun diwakili oleh rekan-rekan ahli falak dari pemerintah atau lembaga agama. Kita hanya mendapatkan hasil akhir dari observasi dan perhitungan tersebut, tanpa mengerti bagaimana prosesnya. Itu sebabnya bahkan umat Islam pun bisa terjerumus menjadi korban indoktrinasi Bumi datar.

Referensi